Senin, 27 April 2015

Salam Kenal, Lampung!

Relatif sama seperti kota-kota kabupaten di Pulau jawa (terutama bagian tengah dan timur), Bandar Lampung memiliki komposisi penduduk mayoritas berparas Jawa (baca : berkulit gelap manis kayak saya). Meski begitu, logatnya sudah bercampur, tidak terlalu “medhok”. Di daerah perkotaannya, lalu lintas tidak terlalu padat, lahan kosong yang dipagari lempengan seng tanpa status jelas bertebaran dimana-mana , tidak ada bangunan tinggi kecuali beberapa hotel yang tingginya hanya bisa diimbangi oleh 1-2 pusat perbelanjaan , dan pasar tradisional cukup mudah dijumpai. Penunjuk waktu saya sepertinya habis diputar mundur, membawa saya ke 5-7 tahun silam. 

Jumat, 03 April 2015

Sore di Empang


Ada suatu hari dimana aku sedang punya keperluan untuk bertemu dengan salah satu tetangga tapi berakhir di sebuah empang dengan mendengarkan Frendi, Ayu, dan adiknya Ayu bercerita tentang asiknya berburu tude (kerang, dalam bahasa Bugis).

Frendi dan Ayu adalah murid di sekolah dimana aku mengajar sebagai guru kala itu. Kami tinggal di sebuah desa perantauan Jawa dan Bugis bernama Desa Maruat yang dikelilingi oleh pohon kelapa hijau dan berpetak-petak sawah.