Sepuluh menit sebelum memutuskan berangkat, dia mengambil telepon genggamnya dan mengetik SMS ke beberapa temannya. Tulisnya : "Teman, ada pameran di Hotel XX tentang, Dateng yuk." Setelah dia mengirim SMS itu, legalah hatinya yang sudah bertarung selama beberapa hari terakhir.
Apa yang dia pertarungkan dalam hatinya?
Ada sebuah ego yang bersarang di hatinya ketika dia mendapatkan informasi itu. Bukan informasi yang begitu penting, namun cukup menarik untuk diketahui. Dia ingin menyimpan informasi itu sendiri. Tapi dia tahu bahwa dia sebenarnya nggak bisa. Ada banyak hal yang ngga dia ceritakan ke teman-temannya. Hal-hal yang sebenarnya bukan tak mau ia ceritakan ke teman-temannya, melainkan memang dia nggak bisa cerita. Dia hanya tahu bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk meredam egonya yang makin lama makin nggak terkontrol. Tapi siang itu, selesai menghadapNya, dia akhirnya membuka gembok ego itu dan legalah hatinya.
Dari hari itu, dia belajar satu hal. Berbagi apapun dengan orang lain tak pernah ada salahnya. Yang salah adalah ketika dia merasa paling tahu segalanya, dan menyimpan egonya rapat2 dalam jiwanya yang sempit. itu hanya akan semakin menyiksa pikiran dan melemahkan langkah. Mengapa? Karena orang lain juga lah yang membuatnya kuat, karena orang lain juga lah yang membuatnya terpacu.
Gadis itu hanya ingin hidup normal. Dia tahu kompetisi yang harus dia menangkan untuk mewujudkan mimpinya bisa sangat sangat berat. Tapi memenangkan sendiri kompetisi itu menurutnya akan lebih sulit jika sendirian. Dia berkata pada saya sore itu,
"Aku lega nih... Sekarang aku bisa melanjutkan hariku dengan hati yang lebih lapang."
Dia keliahatan seperti anak kecil yang diberi maaf setelah mengaku bahwa dia telah memecahkan vas bunga favorit ibunya yang dibuat dari keramik Dinasti Ming *halah*
Tak pernah sekalipun (ingin) terlintas dalam pikirannya (lagi) untuk mengotori hatinya dengan dengki yang tak berarti. Gadis itu sekarang tengah berjalan di depanku dengan tegak walau lambat. Aku senang melihatnya bisa seperti itu. Mungkin harus kucontoh dia.