Selamat datang di rumah baru!
Empat belas bulan ke depan saya punya rumah tinggal baru.
Sebuah keluarga kecil di tengah perkampungan Jawa-Bugis yang cukup ramai,
dengan dua orang anak, satu laki dan satu perempuan. Perjalanan menuju rumah
tinggal baru dilakukan pada hari ke-4 saya di Kalimantan setelah tiga hari awal
dibuka dengan acara pisah-sambut (pisahan dengan Pengajar Muda/PM lama dan
penyambutan PM baru) di ibukota kabupaten Paser, Tanah Grogot.
Kiranya tak perlu terlalu panjang tentang deskripsi
perjalanan ya. Tapi sekilas, saya mau coba gambarkan rekam transprtasi yang
bisa ditempuh jikalau Anda kebetulan tersesat di Balikpapan dan seberangannya.
Pendaratan pertama adalah di Bandara Sepinggan, Balikpapan. Ingat, bahwa
Balikpapan bukan ibukota Kalimantan Timur! Saya entah kenapa masih menyangka
bahwa Balikpapan adalah ibukota provinsi Kaltim hingga saat naik angkot dari
bandara menuju dermaga penyeberangan. Parah ya. Tapi yasudah, yang penting kan
sudah sadar toh? Hehe.
Tadi dari bandara, naik angkot dulu kita, men, ke dermaga penyeberangan
Balikpapan-Penajam Pasir Utara atau kerap orang sebut Penajam saja. Mengekor
pada teman-teman PM 3, kami (PM 5) dinaikkan ke kapal yang mereka sebut dengan
nama perusahaan penyedia jasa angkutan kapal tersebut. Belakangan saya baru
tahu bahwa perusahaan penyedia jasa ini cukup tersohor di daerah Paser.
Menyeberang Cuma butuh waktu 30 menit. Belum lepas penat beristirahat di kapal,
lanjut lagi dengan perjalanan darat nan panjang selama 3-4 jam dari Penajam
menuju Tanah Grogot.
Seperti yang sudah disinggung di atas, hari ke-4 baru
dimulailah perjalanan menuju rumah tinggal permanen kami para PM 5 selama
bertugas. Lokasi penempatan saya ada di Kecamatan Longkali, yang sebenarnya
sudah dilewati saat pertama kali datang. Jadi kalau ditarik garis lurus dari
dermaga Penajam ke Grogot (kata “Tanah” sering dihilangkan untuk mempersingkat
waktu bicara, sama seperti “Tanjung Priok” yang lebih sering disebut “Priok”
saja ketimbang disebut lengkap), maka Longkali adalah titik lokasi pertama
penempatan. Garis lurus tersebut adalah jalan raya yang menurut saya mirip
jalanan Pantura tapi versi imut dikit dan
lebih bergelombang, dan patokan menuju desa penempatan PM di Longkali adalah
sebuah gang yang disebut Gang Ali. Konon katanya dipilih nama “Ali” karena di
dekat situ ada rumah besar milik Haji Ali, rumah yang semula saya sangka masjid
karena dibangun dengan arsitetur agak ke-timurtengah-an mengingatkan saya
dengan istana dalam cerita 1001 malam.
Dari gang Ali, lumrahnya bagi yang tidak punya motor adalah
harus ngojek. Tak tanggung-tanggung, biaya satu kali ngojek dari gang Ali ke
rumah hostfam saya ditembak sebesar 35ribu rupiah. Ada bagian jalanan yang
sudah aspal, ada yang berbatu-batu, ada yang tanah lembek dan licin.
Pemandangan kanan-kiri sawah seperti berasa di Jawa, serta alang-alang tinggi
ketika melewati Desa Sarang Alang, desa tetangga yang kaya akan alang-alang.
Dan taraaaa!! 30 menit dari Gang Ali, sampailah di desa saya,
Desa Maruat namanya. Sebelum mencapai rumah hostfam, terlebih dulu saya
dipertemukan dengan sekolah tempat saya mengajar, SDN 019 Longkali. Ada
lapangan rumput yang becek dengan rumput liar setinggi lutut di beberapa
tempat, cat hijau pudar yang bertuliskan nama sekolah, dan tembok-tembok polos
yang rasanya ingin saya gambari suatu saat nanti.
Saya kini menjadi anggota keluarga ke-5. Setelah Bapak, Ibu,
Nanda, dan Doni, turutlah saya dalam daftar transmigran Jawa yang berijin
tinggal selama 14 bulan di Kalimantan Timur. Rock onnn!!!!
-ditulis tanpa
mendengarkan musik apapun selain musik cecak dan suara fan laptop-