Beberapa hari yang lalu, saya dan beberapa orang teman
bermaksud menghadiri resepsi pernikahan di Malang. Ini perjalanan ke-3 saya ke
arah timur (area Jawa Timur dan sekitarnya), setelah 2 kali sebelumnya selalu
mendarat di Surabaya. Pernah mencoba menggunakan moda transportasi umum darat
(kereta) dan udara, kali ini saya dan beberapa teman dari Jogja berangkat
dengan menyewa mobil bersama-sama. Next,
mungkin bis Mira atau Eka bisa jadi pilihan berkendara ke sana. Ada satu lagi
sih, Sumber Selamat, yang dulunya sempat punya nama panggil Sumber Kencana. Rrrr…entahlah, mungkin ada yang bisa bujuk saya untuk
mencoba bis satu ini? Mengingat sebagai outsider (pengguna jalan di luar
penumpang bis SS itu, maksud saya), saya beberapa kali punya pengalaman
menegangkan saat membersamai SS.
Kebetulan saya kebagian jatah sebagai supir cadangan, jadi
porsi menikmati perjalanan masih lumayan banyak. Berangkat lewat Solo yang
ditempuh dari Jogja dalam waktu 4 jam, kota-kota kecil macam Sragen, Magetan,
Madiun, Kediri, Blitar menjadi pemanis perjalanan 14 jam kami ke Malang. Kembali
dari Malang menuju Jogja, kami ternyata bisa hemat 3 jam dengan lewat jalur
gunung (Blitar-Tulungagung-Trenggalek-Ponorogo-Wonogiri-Solo). Jadi dari total
36 jam pulang-pergi, 25 jam di antaranya kami habiskan di perjalanan. -___-
Walau begitu, saya cukup suka perjalanan ke timur ini. Kenapa ya? Mungkin karena ini
pengalaman pertama buat saya, atau mungkin juga karena suka jalan, atau mungkin juga karena kota-kotanya klasik dan tak terlalu padat jadi rasanya ikut selo. Hehe. Nah, lewat tulisan ini saya juga mau coba kasih
beberapa tips melewati 25 jam bermobil di jalanan dengan riang, versi saya
tentunya.
1. Bawalah teman-teman yang selo. Dengan teman yang
selo, niscaya perjalanan Anda tidak akan berada dalam tekanan rekan yang
berorientasi pada hasil akhir semata, alias pingin cepat sampai ke tempat
tujuan.
2. Sediakan supir cadangan, seperti saya misalnya. Walaupun
kemampuan menyetir pas-pasan dan selalu deg-deg-an
kalau mau menyalip truk gandeng atau bus AKAP, setidaknya cukup menyediakan
waktu bagi supir utama untuk beristirahat sejenak dan kembali prima saat harus
menyetir lagi.
3. Hindari membawa flashdisk berisi file musik.
Biarkan radio lokal setempat, dari kota ke kota, menuntun Anda ke titik frekuensi
paling gaul di kota itu hingga ke tingkatan yang menuntun pada kebajikan. Trust me. Tunggu sampai radio Anda
menangkap siaran pengajian radio ala Jawa Timuran yang menyejukkan dan…. ngakak sakpole!
4. Malu
bertanya sesat di jalan. Jangan salahkan power bank yang nihil atau ponsel yang
habis baterai saat kebingungan mencari alamat di kota yang sama sekali asing. Jangan
sampai lah kesana kemari membawa alamat…..dung
crek!
5. Bersabarlah. Biarkan Sumber Selamat di belakang
sana berjalan mendahului. Sebagai kapten yang baik, mengatur serangan dengan
kepala dingin mutlak diperlukan. *uopoooo*
6. Berhentilah di beberapa tempat kece dan lakukan
sesi foto bersama. Ini penting, karena bagaimanapun, kita butuh eksistensi. Halah.
jam 4 sore di suatu tempat yang dingin di Tawangmangu (foto
diambil oleh bapak baik
yang saya curigai sebagai takmir masjid setempat)
7. Bersegeralah untuk membeli jajanan yang menarik
di kerumunan yang terlewati di sebuah kota. Ini sangat berguna untuk merekatkan
hubungan kekeluargaan antar penumpang. Itu, jajajan itu maksudnya.
Itu dulu sedikit tips yang bisa saya bagi, kalau membantu
baguslah, kalau tidak ya tidak apa-apa. Tempat tujuan boleh selalu sama dan
itu-itu saja, tapi mengalami perjalanan akan selalu jadi cerita yang berbeda. Kan?
Nah, sampai jumpa di perjalanan-perjalanan yang lain! Hap hap hap!