Perjalanan
14 bulan di bumi Kalimantan belahan timur seperti liburan yang telah menginjak senjanya.
Awan-awan mulai menggelap, menggelantungkan redupnya di atas kepalaku sembari
berbisik sendu, “Yuk pulang.”
13 Januari 2013
Rumah yang
setahun terakhir hanya berisi ayah dan ibuku ini dari luar kelihatan tak banyak
berubah. Meski begitu, bagian dalamnya cukup membuatku pening sesaat. Aku menyebarkan
pandanganku ke seluruh penjuru ruangan. Rumahku “ramai” sekali. Seperti toko
kelontong, barang-barangnya rasanya banyak sekali.
Setelah bersih-bersih
badan dan berbaring sebentar, aku menuju dapur untuk mengecek kebiasaan ibuku, masih sama seperti dulu atau
sudah berubah. Tidak sulit mengeceknya. Hanya perlu membuka pintu lemari
pendingin, dan seperti biasa tumpukan makanan berjejalan di sana. Ibuku adalah tipe
orang yang hemat dan tidak pernah tega membuang makanan, apalagi pemberian
orang. Betul sekali bahwa pemberian orang, apapun itu, harus kita jaga. Tapi kalau
sudah lebih dari 5 hari, tekstur makanan biasanya mulai berubah, rasa asli
mulai samar dengan rasa kecut dan pahit, dan yang paling buruk : tumbuh jamur,
apa iya masih harus dipertahankan? God.
Dan sidak pagi itu menghasilkan penemuan 2 kotak roti berjamur dan sekotak
kue-kue basah yang baunya kecut dan mulai mem-“batu”. Haha, ibuku belum berubah
rupanya untuk hal satu ini.
Selain
berkotak-kotak kue yang harus direlakan untuk pergi, secara mengejutkan masih
ada 2 botol kecil susu asam yang tertangkap mataku di bagian pintu lemari
pendingin. Meskipun heran karena biasanya kedua orangtuaku bukan penikmat susu
asam, tanpa pikir panjang kuambil satu minuman tersebut dan meminumnya. Kecut. Apa
karena cukup lama tidak pernah mengonsumsinya atau apa ya? Ah, tapi kan memang
begini, kataku menentramkan hati. Namanya saja susu asam.
14 Januari 2013
Keesokan harinya,
lemari pendingin menjadi destinasi utama lagi di pagi hari. Satu botol kecil
susu asam masih berdiri setia di pojokan rak botol penyimpan air dingin – di tempat
yang kemarin. Kuambil botol mungil itu dan bergegas membuka penutup mulut
botolnya sampai tak sengaja rentetan pendek huruf-huruf komputer di leher botol
tertangkap oleh mataku beberapa detik sebelum kuteguk susu asam itu. 24des2013.
Ya. 24
Desember 2013. Yang mana itu adalah 3 minggu sebelum hari dimana aku menemukannya
bersandar santai di pintu lemari pendingin. Tanpa dosa, melambai-lambai minta
diminum. Susu asam itu sudah lewat
tanggal aman konsumsi sejak 3 minggu yang lalu. Dan kemarin aku minum itu. Fiuh.
-________-
Sedikit
cerita, waktu masih bertugas di penempatan, sekalinya saya dan teman-teman pernah
makan telur yang digoreng dengan margarin kadaluarsa. Beberapa teman mengaku
tetap kuat, tapi saya ingat betul perut saya langsung bergejolak keesokan
harinya. Dan kini terulang lagi hal serupa di rumah. Tapi untungnya kali ini
tidak terjadi gangguan pencernaan apapun seperti dulu. Gantinya malah demam tinggi
selama beberapa hari. Zzzzz...
Pulang ke
rumah memberikan kelegaan yang luar biasa bagi saya pribadi. Melihat kedua
orangtua yang masih tangguh beraktivitas, melihat kota kecil ini bergerak
cepat, serta mengistirahatkan tubuh ini secara total. Tapi hari terus berjalan
pergi. Kenangan demi kenangan datang, hingga kenangan lama tertutupi, mengendap
lalu hilang terganti.
Kebiasaan
menyimpan makanan sampai kering dan berjamur sebenarnya mirip seperti saat kita
menyimpan kenangan. Tangan-tangan kita sudah tergoda oleh makanan yang lain,
sementara masih banyak makanan di dalam lemari pendingin yang belum habis. Akibatnya,
makanan terpaksa harus dibuang karena basi. Oleh karena itu, makanan harus
dikeluarkan dalam waktu tertentu. Kalau kita tak mampu menghabiskan makanan
dalam lemari pendingin itu sendirian, mengapa tidak dibagi?
Jangan simpan ceritamu. Ceritakan, tuliskan,
bisikkan padaku. Kalau kita sudah tak bisa saling membagi waktu dalam
pembicaraan-pembicaraan kecil seperti dulu, biarkan aku ikut berdoa dan
mendukung perjalanan panjangmu. Tahukah? Aku rindu.
*Tulisan ini dibuat untuk teman-teman seperjuangan
yang kini sudah menyebar satu per satu. Ayo masih ada “utang menulis” lohh kitaa.. jangan disimpan lama-lama, nanti
jamuran kayak roti di kulkasku! Ahaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar