Selamat setahunan!!
Iya, selamat setahunan di
Lampung. Seru banget kota ini. Lain daripada yang lain!!! :D Untuk yang belum
pernah ke Lampung dan berencana memiliki karir panjang di Lampung, saya bantu
kasih gambaran sedikit nih seperti apa di sini, walau hanya gambaran umum.
Boleh percaya boleh enggak, tapi yang pasti ini kumpulan cerita dari apa-apa
yang saya temui dan alami selama setahun ke belakang. Mariii...
Parkir dimana-mana,
dimana-mana parkir
Yap, bahkan
nongkrongin motor sendiri 10 menit nungguin pesenan jus 2 biji tetep harus
parkir. Karena tukang jusnya sebelahan sama warung nasi yang banyak orang
parkir. Huahaha. Di beberapa tempat tertentu kalau dikasih 1000 nggak puas,
mintanya 2000 dan kadang dengan nada memaksa atau bikin saya merasa bersalah
“yaudah kalau nggak mau bayar juga nggak apa-apa mbak” tapi dengan muka atos
ngajak berantem. Tapi tenang, tempat yang ke-2 ini jarang-jarang kok. Kalo cuma
pas apes aja dapetnya. Just call me
“pelit” or whatever, but it’s not that 1000 you ask that make me sick. It’s
because of how you ask me to.
Oh iya, ada lagi
yang lebih apes. Saya pernah datang ke sebuah acara ulang tahun Lampung, parkir
motornya 10.000. Seriusan! Itu pun di karcisnya, angka 10 adalah hasil
coret-coret dan sebuah angka tunggal. Bayangin aja ada 100 motor dalam sehari.
(sayang banget foto karcis itu udah hilang padahal harusnya bisa bikin status
trus mention ke walikota biar ala-ala warga Bandung ke Kang Emil. Hiks)
Sayangku PLN ku
Kalau salat wajib
ada 5 waktu, pemadaman bergilir ada 3 waktu. Kalo salat total butuh waktu 5x10
menit, sekitar sejam, total pemadaman bisa sampe 3x3 jam atau 9 jam rekor
terlama yang pernah saya alami. Pemadaman listrik bergilir sudah seperti
makanan sehari-hari, cemilan di kala stres yang bikin tambah stres kalo lagi
kejar deadline kerjaan dan membuat konsumsi BBM meningkat tajam untuk keperluan
bahan bakar genset. Saya pernah tinggal di Kalimantan di daerah semi terpencil
yang listrik alhamdulillah sudah masuk, padamnya juga nggak gini-gini amat
bahkaan.
Lalu, salah PLN?
Saya sempat
debat (sekaligus dimarahi L)
oleh salah seorang teman ketika bertanya tentang fenomena perlistrikan Lampung
ini. Topiknya dimulai dari pertanyaan saya tentang demo kecil masyarakat
Lampung yang menuntut perbaikan kelistrikan yang berlangsung belum lama ini. Dari
jaman batu sampai jaman 16 tahun lewat titik nol abad milenium ini, angka
pemadaman listrik masih gila-gilaan. Alasannya satu : Lampung defisit daya.
Jelas, masyarakat gak mau tau. Taunya masyarakat bayar dengan patuh, listrik
nyala, semua gembira.
Tapi di balik
itu, ternyata banyak kepentingan anu-ini-itu-ono yang bermain. Dari salah satu
informasi yang saya pernah baca, pemadaman bergilir ya akan terus dilakukan
sampai defisit daya di Lampung terpenuhi. Bagaimana caranya agar terpenuhi?
Caranya ya dengan mendistribusikan kelebihan daya dari pembangkit di Palembang
ke Lampung. Ternyata, jalur distribusi listrik ini harus melewati salah satu
lahan perkebunan perusahaan *ehem* penghasil pemanis besar di Lampung yang
tidak meloloskan adanya pembebasan sebagian lahannya untuk dibuat jalur
distribusi (sumber yang lumayan both side
bisa dilihat di http://www.beritasatu.com/nasional/355392-protes-pln-warga-bandarlampung-gelar-aksi-seribu-lilin.html)
Saya sebagai
pendatang sih berdoa aja supaya pihak-pihak yang merugikan kepentingan umum itu
sadar. Atau doa yang satunya lagi, semoga PLN dapat cara yang lain buat
menstabilkan listrik Lampung. Segera. Amin.
Awas, Mbak di sana
rawan loh!
Jangan heran
dengan kalimat ini ketika Anda di Lampung. Ya, memang benar banyak tempat
“rawan”, apalagi kota berplat BE 64 L ini. Bahkan di tengah kota, bisa ada
kasus penembakan polisi dan kisah kehilangan kendaraan motor saat beli kripik.
Peringatan macam
itu bukan berarti harus membatasi pergerakan, tapi untuk ingat agar selalu
waspada dimana saja. Ngeri juga melihat kasus-kasus dan gaung peringatan
orang-orang sekitar, bikin takut kemana-mana. Tapi kalau Cuma diem di kosan,
gimana berkembangnya? Yaudah, prinsip saya mah : Hati-hati, waspada, jaga diri,
pelajari area sepi dan jam aman pergi-pergi sendiri. Yang belum saya terapkan
sayangnya tinggal belajar bela diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar