Tinggal bersama keluarga Jawa mulanya sedikit buat saya
kecewa, karena harapan saya awalnya ingin belajar bahasa lain ketika tiba di
tanah Borneo. Tapi perlahan selama dua bulan saya menyadari bahwa rasa kecewa
itu sebenarnya hanya excuse murahan
saja yang justru membuat saya jadi tidak maju. Mengapa begitu? Di penghujung
tahun 2012 ini ternyata baru saya diberitahu jawabannya.
Saya tinggal di tengah perkampungan kelapa. Ya kelapa sawit, ya kelapa hijau. Kalau sawit dibuat minyak, kalau kelapa hijau
dibuat gula dari hasil sadapan niranya. Di perkampungan saya, Maruat khususnya
Dusun Urip, hidup suku Jawa dan Bugis sebagai suku mayoritasnya, dengan label
transmigran yang datang semenjak jaman pemerintahan bos besar Soeharto.
Keluarga host saya adalah murni orang
Banyuwangi. Bukan keluarga muda, tapi bukan juga keluarga yang sudah melepaskan
anaknya kemana-mana.
Bapak adalah pria berusia awal 40 yang acuh. Pribadi yang
hangat memang tidak melekat dalam dirinya, tapi beliau sangat penyayang. Kalau
bertemu Bapak, jangan kaget dengan sikapnya yang agak kaku dan cenderung dingin
tak banyak bicara. Meski begitu, Bapak adalah orang yang sangat perhatian dan nggak tegaan. Well, tiap orang betul memang punya caranya sendiri untuk
menunjukkan sebenar-benar dirinya, terlebih caranya memberikan perhatian
terhadap sesuatu. Itu Bapakku.
Ibu, perempuan di awal 30an yang cekatan dan ramah. Hobi
karaoke, suaranya bagus dan cengkoknya mendekati sempurna. Beliau merdu sekali
jika menyanyikan lagu-lagu jawa timuran, dan kebaikan hatinya cukup
menyelamatkan saya dalam kebimbangan ikut karaokean dengan menyodorkan Nike
Ardila sebagai salah satu list lagu karaoke favoritnya. Yeah! She is absolutely a good learner, showed by
her enthusiasm when i play some videos at night for her children, discuss about
anything, and teach the children every noon.
Anak pertama mereka bernama Nanda, dan dia mandiri sekali. Duduk
di kelas 1 SMP, rajin cuci motor, dan suka dengan musik yang saya sendiri nggak
tahu musik apa yang sedang dia perdengarkan. Untuk anak seusianya, menurut saya
dia sangat keren, mengingat hidup saya dulu di usia yang sama adalah untuk
bersekolah dengan baik (saja). Tapi satu kelemahan dia adalah tidak terbiasa
jalan jauh dan bau ikan. Sekali lagi, lingkungan rumahmu akan menentukan KAMU.
Pernah sekali saya ajak ke desa nelayan tempat salah satu teman saya mengajar,
dan dalam waktu singkat dia langsung mabok ikan asin. Hahaha. She’s cute, and will become my blessed roommate
along this year. Rock On!!
Si bungsu Doni tentu saja menjadi yang paling disayang di
rumah. Beberapa hal yang paling menarik perhatian dari bungsu satu ini adalah
warna rambutnya dan model potongan rambutnya. Dengan rambut sekuning jagung
saat saya pertama kali bertemu dengannya, sebagian rambut di atas tengkuknya
dibiarkan gondrong sementara bagian lagin dicepak. Bertemu pertama malu-malu,
lama-lama dia tak bisa lepas dari sampingmu. Doni, adek kecilku.
Tinggal lama di Jawa tidak menjamin tahu betul akan budaya
dan adat istiadatnya. Tidak berbatas keluarga sendiri juga, bukan, untuk
belajar berbudaya? We are exactly created
in a same way, but also put on each, makes a thing called differences. All we need
to do is just learn how to learn lots and adapt it well to ourselves.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar