Sabtu, 07 November 2015

Bagaimana Jika Nanti....

Mbak, memangnya saya harus bisa Bahasa Inggris ya?

Seringnya, kekhawatiran selalu muncul di barisan paling depan. Jelas, karena yang muncul belakangan hanya penyesalan atau rasa jumawa berlebihan :p. Seperti sore itu, seorang teman kerja saya yang saat ini tengah giat belajar Bahasa Inggris, melontarkan pertanyaan di atas pada saya.

Rabu, 07 Oktober 2015

Piknik Dadakan ke Kiluan

In many times, I told you. It is not only a matter of "where", but "whom" you made a journey with.

Dilatarbelakangi oleh kesamaan nggak-mudik-idul Adha, dua orang teman (yang katanya kehabisan tiket mudik padahal sebenarnya kangen mau mengunjungi saya di Bandar Lampung :p) datang dari Jakarta, seorang yang mati gaya dari Tulang Bawang Barat, serta 4 orang yang berkutat di Bandar Lampung dengan pekerjaan masing-masing, secara ajaib dipertemukan dalam satu waktu dan sepakat piknik.

Sabtu, 12 September 2015

Oleh-Oleh dari Pahawang

Suatu malam di Pahawang. Photo by @priyankawibisono

Sejujurnya, saya agak ragu jalan-jalan alam macam ke laut ini karena kulit saya yang gampang gosong dan sulit kembali seperti semula (yang sebenarnya sudah masuk kategori “gelap” juga) membuat saya nggak terlalu percaya diri setiap kali habis pulang jalan-jalan. Tapi lalu saya terpacu oleh kuot Rinso “nggak ada noda ya nggak belajar”, yang memantapkan tekad saya untuk pergi #halah.

Sabtu, 22 Agustus 2015

Ultah Bapak yang Ke-Sekian

Di depan loket Stasiun Kiara Condong, Bandung, sekitar 15 tahun yang lalu.

“Sinta bisa sendiri kan? Nanti langsung cari kursi. Sampai Jogja nanti dijemput sama Ibu,” kata Bapak.

Ya, waktu berangkat dari Jogja ke Bandung, Sinta sudah dipesan sama Ibu kalau Sinta harus pulang sendiri ke Jogja setelah masa liburan di Bandung habis (cie liburan) karena Bapak capek kalau bolak-balik Jogja dan sudah harus masuk perkuliahan.

Minggu, 21 Juni 2015

Training "Jadi Wanita"

Sudah jalan 3 malam sejak penghuni di kos saya, termasuk keluarga Bapak-Ibu Kos juga, sahurnya sama-sama. Berawal dari celetukan Ari (salah satu teman di kos) di warung soto untuk sahur bersama, berlanjut membawa isu tersebut ke Ibu Kos hingga obrolan penentuan udunan (istilah di Bahasa Sunda yang artinya urunan atau patungan kalo di Bahasa Jawa) di teras yang berjalan cukup alot, akhirnya terjadilah rutinitas makan bareng itu setiap jam 4 pagi. Bah, saya nggak pernah menyangka hidup bisa selucu ini di tempat perantauan.

Pertanyaan Revi


“Emang sebenernya apa sih yang lu cari?”

Pertanyaan pendek itu terlontar tepat beberapa detik setelah giliran saya bercerita selesai dengan penutup, “ Jadi gitu, Vi. Random idup gue mah.” Obrolan kami sebenarnya hanya berawal dari seputar hal remeh temeh tentang musik kesukaan. Bukan, jelas bukan obrolan serius tentang perkembangan musik dunia ala pengamat musik, melainkan lagu-lagu yang sering lewat saja di telinga kami.  Dari kamarnya, saya sering mendengar ada suara petikan gitar mengalunkan nada-nada lawas yang lebih familiar di telinga saya dibandingkan lagu-lagu kekinian. Sebulan berjalan, saya baru tahu bahwa orang inilah yang sering mengalunkan nada-nada petik itu dari kamar sebelah. Namanya Revi.

Sabtu, 23 Mei 2015

26!!


Entah harus tertawa gembira atau tersenyum kalem dengan bertambahnya simbol satuan di belakang angka 2. Tapi tentu saja saya sungguh bersyukur, sebab 4 tahun terakhir pasca kelar kuliah, saya bisa merasakan momen pertambahan usia di 4 tempat yang berbeda : Jakarta-Kalimantan Timur-Jogja-Lampung. Yey!

Senin, 27 April 2015

Salam Kenal, Lampung!

Relatif sama seperti kota-kota kabupaten di Pulau jawa (terutama bagian tengah dan timur), Bandar Lampung memiliki komposisi penduduk mayoritas berparas Jawa (baca : berkulit gelap manis kayak saya). Meski begitu, logatnya sudah bercampur, tidak terlalu “medhok”. Di daerah perkotaannya, lalu lintas tidak terlalu padat, lahan kosong yang dipagari lempengan seng tanpa status jelas bertebaran dimana-mana , tidak ada bangunan tinggi kecuali beberapa hotel yang tingginya hanya bisa diimbangi oleh 1-2 pusat perbelanjaan , dan pasar tradisional cukup mudah dijumpai. Penunjuk waktu saya sepertinya habis diputar mundur, membawa saya ke 5-7 tahun silam. 

Jumat, 03 April 2015

Sore di Empang


Ada suatu hari dimana aku sedang punya keperluan untuk bertemu dengan salah satu tetangga tapi berakhir di sebuah empang dengan mendengarkan Frendi, Ayu, dan adiknya Ayu bercerita tentang asiknya berburu tude (kerang, dalam bahasa Bugis).

Frendi dan Ayu adalah murid di sekolah dimana aku mengajar sebagai guru kala itu. Kami tinggal di sebuah desa perantauan Jawa dan Bugis bernama Desa Maruat yang dikelilingi oleh pohon kelapa hijau dan berpetak-petak sawah.

Senin, 02 Maret 2015

What Children Say to Their Mates

I remember a day when one of my former girl student, came to me and said, “Miss, he (she referred to a boy in her class) said that I will never be able to do math and my hand writing is so bad. He did it for many times.” I looked at her and found that she cried. As usual, I didn’t believe that easily, so I check the truth by asking her about who said that bullying words to her. She told me a name, then automatically, I asked the boy who bullied my student about what he did just now.

Senin, 16 Februari 2015

Lagu Suka-Suka (1)


Sumber gambar:
 https://cnbstorm.files.wordpress.com/2011/12/20111205_cnblue_724484_5.jpg
Ada sebuah tantangan yang saya buat untuk diri saya sendiri, yaitu menuliskan tentang lagu-yang-paling-sering-didengar dalam hari-hari belakangan. Niat pertamanya sih seminggu sekali mau review, tapi daripada pasang target terlalu tinggi di awal dan gagal dilakukan, saya pilih yang lebih santai saja : dua minggu sekali untuk menuliskan tentang most-played-songs-recently versi saya. Dari sekian banyak lagu, saya menyadari bahwa beberapa hari belakangan paling sering mendengarkan musik dari grup band (bukan boyband) Korea bernama CN BLUE.

Minggu, 11 Januari 2015

Where We Can Find “Jogja”

Yogyakarta is a lovely city since I was a child until today, though a life atmosphere of this city has already changed a lot and made me disappointed. Less public transportation in line with more hotel and department store’s projects are two reasons  why this lovely city no more comfort to live in, for some people, especially the natives. I still call it lovely for sure, but it’s not the best place in my live-longer list, actually.  
However, instead of talking about my disappointment related to Jogja, I’d prefer talking about some good places to attend either to have a me-time or group discussion. I love being a part of crowd, but not on traffic jam, Slank’s concert, nor Malioboro in peak season of holiday. Here I tell about my 3 favorite places to hold a personal or grouping time (or a small reunion) to enjoy Yogyakarta.

Ternyata

Pada suatu sore di Stasiun Bogor yang ruwet, becek, dan bising, saya turun dari sebuah angkot bersama seorang laki-laki. Walaupun tadinya di dalam angkot saya pesan untuk diturunkan di stasiun ke supir angkot, malah laki-laki ini yang akhirnya memberitahu saya untuk turun dari angkot karena sudah sampai di depan stasiun. Laki-laki ini berbadan tegap dengan garis-garis wajah yang tegas dan kulit terbakar sinar matahari, agak sangar kalau buat saya.