Anak itu mendongak. Dan gadis itu merasakan kata-kata yang tadi meluncur deras  dari mulutnya menjadi sedikit terbata-bata dan berhenti total pada akhirnya. 
“ Kak!” gadis itu dipanggil sekali.
“Ya?” jawab si Gadis sambil memalingkan wajah dengan wagu.
Dan sisa hari itu tak bisa dihabiskannya dengan tenang. Berpikirlah dia tentang  anak yang tadi mendongak padanya itu. Sudah lama sekali sejak terakhir kali  dia merasakan tak bisa lepas dari perasaannya terhadap seseorang Sore itu ia  serasa diguyur air dingin yang membuat hatinya beku beberapa detik, dan tetap  beku pada detik-detik berikutnya hingga Cuma malam yang akhirnya mencairkan  hatinya. Malamnya, hatinya kebetulan sempat tercairkan tiga jam. Lalu dia bangun,  dan mendapati keningnya panas. Panas bukan karena pusing, bukan gejala flu  atau tipus, atau bahkan kesiram air panas.
Sejak hari itu, ia tak pernah absen datang ke tempat yang sama, dimana dia bisa  melihat seseorang-yang-menyita-semua –pandangnya-di sore-hari. Gadis itu  mengamati bagaimana anak itu berjalan, mengetik, membaca, tertawa, datang dan  pergi naik motor, tertidur, terbangun. Lama-lama jadi freak juga, pikir si Gadis  sambil menertawai diri sendiri.
Hubungan ini lebih seperti system emulsi. Emulsifiernya adalah system yang menaungi  mereka. Menjaga mereka tetap dekat, tapi tak bisa menyatukan. Menstabilkan hidup mereka,  tapi tak pernah benar-benar bersatu. Air adalah si bocah, dan minyak adalah  si Gadis. Emulsifier memang mengikat mereka, dimana gugus polarnya mengikat  si Bocah (air) dan gugus non polarnya mengikat si Gadis (minyak). Tapi  emulsifier tak pernah mengijinkan mereka berjalan bersama. Karena mereka berbeda.  Terlalu jauh berbeda.
Kayak  gini ini kira-kira gambarnya emulsi. Antara globula minyak (dark) dan  droplet air (light) yang telah menyatu dalam satu sistem emulsi, tapi   tetep aja kepisah. 
diakses  dari :http://chestofbooks.com/food/science/Experimental-Cookery/The-Type-Of-Emulsion-Formed.html
Namun gadis itu lalu melamun. Pada dasarnya apa yang diciptakan secara antagonis  oleh Tuhan adalah nikmat. Kalau dia dan si Bocah sama-sama bermuatan positif atau sama-sama bermuatan negatif, maka tak pernah ada yang butuh emulsifier.  Tak akan ada merapi maupun pantai selatan yang memberikan pelajaran kemanusiaan,  tak akan ada golongan kiri dan kanan yang saling mengedepankan idealisme  masing-masing, tak akan ada yang namanya mayor label dan indie, tak ada lagi mimi lan  mintuna*lama-lama  marmos*..sederhananya, tak indahlah dunia, boy.
Si Gadis masih menunggu seseorang-yang-menyita-semua-pandangnya-di-sore-hari  datang.  Datangkah dia? Dia pasti datang, batin si Gadis. Dia pasti datang. Pasti datang. Pasti. 
Ingin  kuletakkan pena di mejamu agar kamu bisa terus menulis
Tapi aku gak  bisa melakukannya
Ingin  kusodorkan rokok agar kita bisa berbincang bersama dengan santai
Tapi aku  benci asap rokok
Ingin  kuberikan buku agar bisa bercerita kamu padaku di sepanjang sisa soreku
tapi bukuku cuma buku ecek-ecek 
mungkin terlalu remeh untuk kau baca 
Ingin kuberi tahu sesuatu padamu
Aku benar-benar menunggumu sore itu.
Aku benar-benar menunggumu sore itu.
Tahukah  kamu?
agak  lebay juga sih kalo sampe hujan2 gini. kalo ujan yo ngiyup lah. tapi  boneka ini lucu..ketoke kiy sediiihh banget hingga langit pun meneteskan  air mata untuk menunjukkan empatinya..aku ambil dari blognya orang http://brahmasta.net/2007/04/19/menunggu-2/

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar