Selalu
ada momen pertama sebelum yang ke-2,ke-3, dan seterusnya hingga menjadi biasa. Untuk
sebuah jiwa yang kaya dan pandang yang luas menjangkau sudut-sudut terjauh
mata, aku rela menanggalkan segala ketakutanku dan belajar berteman dengan
resiko-resiko baru.
Welcome, Freedom!!
Beberapa
waktu yang lalu, saya dan beberapa kawan sempat berjalan-jalan ke daerah
Tarakan. Sebelumnya, Tarakan merupakan sebuah kabupaten di provinsi Kaimantan
Timur. Tapi belakangan saya tahu bahwa saat ini sudah terbentuk provinsi baru
yaitu Kalimantan Utara (atau disebut Kaltara) dan Tarakan menjadi salah satu
kabupaten yang tergabung di dalamnya.
Semenjak
perjalanan menegangkan akibat turbulensi hebat di pesawat saat pertama
berangkat bertugas dulu dan perjalanan random ke Banjarmasin, perjalanan
menegangkan berikutnya adalah ke Tarakan ini. sebenarnya Tarakan hanya sekedar
persinggahan, karena tujuan sebenarnya adalah pulau-pulau kecil bernama Derawan,
Kakaban, Maratua, dan Sangalaki.
1.
Saya belum pernah dibonceng naik motor dan
hampir ditinggalkan di jalan. Tapi bersama Rara, teman sepenempatan saya, saya
jadi pernah sekalinya. Itu juga gara-gara kami berdua dengan bawaan riweuh melewati jalanan desa yang
berlubang-lubang dalam, gas motor tak cukup kuat, maka saya pun berinisiatif
langsung turun dari motor untuk memperingan beban motor meloloskan diri dari
lubang. Lalu dari tempat saya turun, saya perhatikan Rara bercakap-cakap entah
dengan siapa, mengingat saat itu tak ada pengendara lain selain kami sementara
saya memperhatikannya sambil melongo. Dan ternyata seperti adegan film komedi,
dia benar-benar menyangka bahwa saya masih duduk manis di belakangnya.
Paraaaaahh...-_____-
2.
Snorkling
Seorang teman saya adalah pecinta laut. Kampung halamannya di Kalimantan,
dan setiap kali pulang dia sering bercerita tentang perjalanannya menjumpai
laut-laut asing. Sesekali dia mengirimkan saya foto hasil buruannya saat
menyelam via salah satu media layanan obrol berbasis internet. Sesekali pula
dia memberikan gambar lokasi pendaratannya. Pantai yang biru, pasir yang putih,
jangkau pandang yang luas,para penghuni laut yang “ajaib” membuat saya tidak
habis bertanya kapan saya bisa berada di tempat yang sama. Dan baru saat momen
snorkling saya yang pertama, saya mulai “agak” mengerti kenapa dia bisa
tergila-gila dengan laut dan seisinya.
Snorkling pertama saya di Pulau Maratua, sekitar 60 menit dari Pulau
Derawan. Disambut dermaga dan resort megah milik *ehm* warga negara Malaysia,
Peter (guide kami saat itu)
mengatakan bahwa boat kami tidak bisa bersandar. Tidak boleh, lebih tepatnya.
Oleh karena itu, sekitar 100 meter dari resort tersebut boat kami berhenti dan menurunkan penumpangnya, diantaranya saya.
Saya pasang snorkel pertama saya dengan gugup di tempatnya. Seperti orang udik
yang baru pertama naik lift, kira-kira itu perasaan saya ketika melongokkan
kepala ke dalam air dan bisa bernapas dengan lega selama lebih dari 30 detik.
There was no word can describe what
i exactly felt, at that moment, but H-A-P-P-Y. Saya letakkan perasaan takut
di bawah lindungan jaket pelampung dan mulai merasakan nikmatnya melihat “dunia
baru” sambil (karena belum ahli) merasakan asinnya air laut. Oh, ini rupanya
yang namanya snorkling.
-Pulau Maratua-
3.
Menyentuh ubur-ubur
Saya melihat bentuk makhluk bernama ubur-ubur dari buku IPA waktu duduk
di bangku SMP. Dan pertama kali menyentuh ubur-ubur dalam wujud aslinya adalah
sekitar 10 tahun kemudian. Itu pun langsung dihadapkan dengan ubur-ubur tanpa
sengat yang populasinya melimpah dan hanya ada di 2 lokasi di dunia. Salah
satunya di Pulau Kakaban di sekitar Derawan ini. What a great day it was. Rasanya pingin berlama-lama berenang di
laguna itu, mencari keempat spesies ubur-ubur tanpa sengat yang berdiam di sana
dan tidur-tiduran di atas air sampai menjelang sore.
4.
Memegang (anak) penyu
Yap. Hampir segala yang saya lakukan pada liburan 3 hari itu adalah yang
pertama kalinya. Penyu yang (lagi-lagi) Cuma sempat saya pernah amati dari TV
dan buku, anakannya bisa tersentuh juga. Geli-geli lembek. Haha.
5.
Speedboat malam jam 9 selama 15 menit yang
terasa seperti 1 jam
Karena liburan berakhir tepat sehari sebelum masuk sekolah, mau tak mau
saya dan teman-teman harus buru-buru pulang semalam sebelumnya. Tanpa babibu lagi, menyeberang dari Balikpapan
ke Penajam pakai speedboat pun kami
jalani. Hari-hari itu ombak sedang sangat menggila. Bahkan ketika dari Derawan
ke Tarakan (transit pesawat kami di Tarakan untuk menuju Balikpapan), speedboat yang membawa kami berguncang
demikian kerasnya.
Dan kali ini, kami jalan malam hari. Berbekal rompi pelampung dan gadget
yang sudah dibungkus dry bag,
komat-kamit sudah mulut saya sepanjang perjalanan 15 menit di atas air di malam
itu. Untunglah si supir lihai. Jadinya kami pun dengan bergemeletuk antara
ke-angin-an dan tegang sampai juga di seberang.
-Piknik ke SD setempat-