Usianya hanya terpaut
sekitar 10 tahun denganku, dan anaknya sudah dua, Doni (7 tahun) dan Nanda (13
tahun). Wajahnya belum menampakkan
kerutan berarti dan gerak-geriknya sangat cekatan. Nada bicaranya selalu
antusias ketika mengetahui sesuatu yang baru dan pernah berkata paling tidak
tega melihat anak kucing kedinginan di jalanan. Ia ibuku, ibu angkatku yang
selama setahun terakhir ini kurepoti hidupnya dan hidup keluarganya. Namanya
Ibu Umi, kalau para tetangga memanggilnya.
Suatu ketika aku sedang membantu anak pertamanya, Nanda,yang sudah SMP
kelas 1 mengerjakan PR Bahasa Inggris di dalam kamar. Ibu Umi memanggilku dan
menanyakan tentang petunjuk penggunaan suatu alat di buku manual yang bahasa
pengantarnya Bahasa Inggris. Selesai membacakan artinya, ibu berkata,
“Kalau Cuma ON sama OFF aku tahu, Sin (karena usia yang terpaut tak jauh,
ayah dan ibu angkatku di sini lebih menganggapku sebagai adik mereka, sehingga
sering panggil nama). Soalnya di kompor itu juga ada yang buat nyalakan itu.”
“Ooh dulu pernah belajar bahasa Inggris kah?” tanyaku.
“ Dulu waktu sekolah ngaji suka lihat ada guru yang ngasih belajar bahasa
Inggris sama anak-anak SMP. Trus aku sering ikut-ikut belajar juga,” jawab
ibuku sambil tertawa-tawa sambil mengenang.
Aku seperti bisa membayangkan pada hari itu. Bertahun-tahun yang lalu,
Ibu Umi kecil yang habis lulus SD pergi mengaji setiap hari di sebuah pondok
ngaji dekat rumahnya alih-alih mengenyam bangku SMP. Sesekali saat istirahat
mengaji, ia intip-intip sekolah SMP sebelah yang ada guru yang mengajar Bahasa
Inggrisnya. Ia ikut belajar dengan mendengarkan ala kadarnya, dan mengingat
sebisanya.
Aku ingin berada pada hari itu. Hari ketika aku melihat seorang gadis
kecil dengan tekun menonton anak-anak sebayanya belajar karena rasa ingin
tahunya yang besar. Aku ingin bisa menyapanya. Menanyakan siapa namanya, dan
mengapa dia tidak ikut masuk ke kelas. Aku ingin membawanya ke sekolah dan
melihat dia duduk di salah satu bangkunya.
Tapi....
Gadis kecil itu kini sudah beranjak dewasa. Menjadi wanita dengan dua
orang anak yang dicintainya. Menjadi pendongeng ketika malam tiba, temani
anaknya yang paling kecil, Doni, berceloteh sesaat sebelum tidur. Menjadi guru
yang baik di rumah bagi kedua anaknya. Dan menjadi pembelajar yang baik di
setiap kesempatan hidupnya.
Menjadi Ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar