Selasa, 21 Januari 2014

Kembali

Perjalanan 14 bulan di bumi Kalimantan belahan timur seperti liburan yang telah menginjak senjanya. Awan-awan mulai menggelap, menggelantungkan redupnya di atas kepalaku sembari berbisik sendu, “Yuk pulang.”

13 Januari 2013
Rumah yang setahun terakhir hanya berisi ayah dan ibuku ini dari luar kelihatan tak banyak berubah. Meski begitu, bagian dalamnya cukup membuatku pening sesaat. Aku menyebarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan. Rumahku “ramai” sekali. Seperti toko kelontong, barang-barangnya rasanya banyak sekali.
Setelah bersih-bersih badan dan berbaring sebentar, aku menuju dapur untuk mengecek  kebiasaan ibuku, masih sama seperti dulu atau sudah berubah. Tidak sulit mengeceknya. Hanya perlu membuka pintu lemari pendingin, dan seperti biasa tumpukan makanan berjejalan di sana. Ibuku adalah tipe orang yang hemat dan tidak pernah tega membuang makanan, apalagi pemberian orang. Betul sekali bahwa pemberian orang, apapun itu, harus kita jaga. Tapi kalau sudah lebih dari 5 hari, tekstur makanan biasanya mulai berubah, rasa asli mulai samar dengan rasa kecut dan pahit, dan yang paling buruk : tumbuh jamur, apa iya masih harus dipertahankan? God. Dan sidak pagi itu menghasilkan penemuan 2 kotak roti berjamur dan sekotak kue-kue basah yang baunya kecut dan mulai mem-“batu”. Haha, ibuku belum berubah rupanya untuk hal satu ini.
Selain berkotak-kotak kue yang harus direlakan untuk pergi, secara mengejutkan masih ada 2 botol kecil susu asam yang tertangkap mataku di bagian pintu lemari pendingin. Meskipun heran karena biasanya kedua orangtuaku bukan penikmat susu asam, tanpa pikir panjang kuambil satu minuman tersebut dan meminumnya. Kecut. Apa karena cukup lama tidak pernah mengonsumsinya atau apa ya? Ah, tapi kan memang begini, kataku menentramkan hati. Namanya saja susu asam.

14 Januari 2013
Keesokan harinya, lemari pendingin menjadi destinasi utama lagi di pagi hari. Satu botol kecil susu asam masih berdiri setia di pojokan rak botol penyimpan air dingin – di tempat yang kemarin. Kuambil botol mungil itu dan bergegas membuka penutup mulut botolnya sampai tak sengaja rentetan pendek huruf-huruf komputer di leher botol tertangkap oleh mataku beberapa detik sebelum kuteguk susu asam itu. 24des2013.
Ya. 24 Desember 2013. Yang mana itu adalah 3 minggu sebelum hari dimana aku menemukannya bersandar santai di pintu lemari pendingin. Tanpa dosa, melambai-lambai minta diminum.  Susu asam itu sudah lewat tanggal aman konsumsi sejak 3 minggu yang lalu. Dan kemarin aku minum itu. Fiuh. -________-

Sedikit cerita, waktu masih bertugas di penempatan, sekalinya saya dan teman-teman pernah makan telur yang digoreng dengan margarin kadaluarsa. Beberapa teman mengaku tetap kuat, tapi saya ingat betul perut saya langsung bergejolak keesokan harinya. Dan kini terulang lagi hal serupa di rumah. Tapi untungnya kali ini tidak terjadi gangguan pencernaan apapun seperti dulu. Gantinya malah demam tinggi selama beberapa hari. Zzzzz...
Pulang ke rumah memberikan kelegaan yang luar biasa bagi saya pribadi. Melihat kedua orangtua yang masih tangguh beraktivitas, melihat kota kecil ini bergerak cepat, serta mengistirahatkan tubuh ini secara total. Tapi hari terus berjalan pergi. Kenangan demi kenangan datang, hingga kenangan lama tertutupi, mengendap lalu hilang terganti.
Kebiasaan menyimpan makanan sampai kering dan berjamur sebenarnya mirip seperti saat kita menyimpan kenangan. Tangan-tangan kita sudah tergoda oleh makanan yang lain, sementara masih banyak makanan di dalam lemari pendingin yang belum habis. Akibatnya, makanan terpaksa harus dibuang karena basi. Oleh karena itu, makanan harus dikeluarkan dalam waktu tertentu. Kalau kita tak mampu menghabiskan makanan dalam lemari pendingin itu sendirian, mengapa tidak dibagi?

Jangan simpan ceritamu. Ceritakan, tuliskan, bisikkan padaku. Kalau kita sudah tak bisa saling membagi waktu dalam pembicaraan-pembicaraan kecil seperti dulu, biarkan aku ikut berdoa dan mendukung perjalanan panjangmu. Tahukah? Aku rindu.

*Tulisan ini dibuat untuk teman-teman seperjuangan yang kini sudah menyebar satu per satu. Ayo masih ada “utang menulis”  lohh kitaa.. jangan disimpan lama-lama, nanti jamuran kayak roti di kulkasku! Ahaha.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar