"Kala kulihat layang-layang dapat terbang tinggi namun sesekali goyah dan dia jatuh lagi...." Bermimpi - Base Jam
Tempo hari saat mengisi pelajaran IPA di kelas 6, saya
menyisipkan kegiatan menulis mimpi. Berbekal kertas lipat warna-warni, selotip
kertas, dan kertas plano selembar, jadilah potongan-potongan mimpi tersebut.
Terkejutnya saya adalah bahwa ternyata di usia mereka ini, mimpi itu bukan lagi
semata ingin jadi dokter, supir truk, polisi, atau pengemudi jimbo (sejenis
traktor pengeruk tanah yang oleh masyarakat setempat dipatenkan nama
panggilannya sesuai nama perusahaan pembuatnya, JIMBO). Those dreams are silently created on real paths in their mind.
Ada empat hal yang saya minta mereka tulis di atas kertas lipat. Satu, tentang keinginan atau cita-cita mereka. Dua, tentang usaha mereka mencapainya. Tiga, tentang pelajaran yang paling disukai. Empat, tentang pelajaran yang paling dibenci TAPI ingin bisa menguasai. Kira-kira beginilah jadinya.
Ada empat hal yang saya minta mereka tulis di atas kertas lipat. Satu, tentang keinginan atau cita-cita mereka. Dua, tentang usaha mereka mencapainya. Tiga, tentang pelajaran yang paling disukai. Empat, tentang pelajaran yang paling dibenci TAPI ingin bisa menguasai. Kira-kira beginilah jadinya.
Kalau
tak punya mimpi, orang-orang seperti kita ini Cuma akan mati, Boy (Arai – Sang
Pemimpi)
Kelas 6, polos dan bergairah. Beberapa yang menarik, here are some of them :
Saya ingin menjadi montir tapi orangtua saya melarang
saya disuruh menjadi guru saya tidak bisa menjadi saya harus menjadi guru
(Ardiyanto)
Keinginan saya = ingin menjadi Pengajar Muda seperti Ibu
Vivin dan Ibu Sinta. Saya ingin meneruskan sekolah saya sampai kuliah. Setelah
lulus kuliah saya mau giat belajar menjadi Pengajar Muda. Agar saya bisa
menjadi Pengajar Muda saya harus giat dan Rajin belajar (Selviana)
Keinginan saya : menjadi penghapal Al Quran 30 juz karena
saya ingin memasukkan kedua orangtua saya masuk syurga beserta adik, tante, om,
nenek, kakek, dan keluarga saya semuanya. Itulah keinginan saya (Hafidzah)
“Keinginan saya adalah ingin menjadi atlit yang sukses”
(M. Jaiz)
Tiba di bagian “pelajaran yang paling tidak disuka”,
tersebutlah disana Bahasa Inggris sebagai nominasi terbaiknya. Ardiyanto tetap
menjadi juara saya dalam hal penyampaian opini pribadi.
Pelajaran Bahasa Inggris tapi saya ingin bisa. Sapa tau
ada turis atau buleee datang kesini saya akan tanya how are you tokke tokke you
nau (Ardiyanto)
Oh man. Sesungguhnya saya tidak begitu mengerti dan tidak
kasih lajar “tokke-tokke you nau”. Tapi apa boleh buat, kadang-kadang imajinasi
bisa jauh lebih liar daripada babi hutan.
Dan satu testimoni
lain yang paling membuat kening saya berkerut adalah dari Rahman.
Saya tidak suka pelajaran Bahasa Inggris karena bahasa
munafik (Rahman)
Karena sangat penasaran, tanyalah saya pada si penulisnya
sendiri. Ternyata pernyataan tersebut dia peroleh dari mulut salah seorang guru. Ujarnya, “ Karena
bahasa inggris itu tulisan sama ucapannya berbeda, Bu. Misalnya lima.
Tulisannya f-i-v-e tapi bacanya faif bukan fife”. Saya hanya ketawa saja dengar
jawaban Rahman yang demikian. Luar
biasa, karena sungguh apa yang dikatakan guru mereka adalah pemahaman mereka,
dan mereka mengadopsinya secara alamiah, walau kadang meleset karena dijelaskan
secara utuh.
Mungkin sekali mimpi-mimpi dan kesukaan mereka ini
berubah nantinya, bukan? Tapi sembari mereka bertumbuh, saya merasa beruntung
bisa melihat sebagian prosesnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar