Kamis, 14 Februari 2013

Mari Menulis Mimpi

"Kala kulihat layang-layang dapat terbang tinggi namun sesekali goyah dan dia jatuh lagi...." Bermimpi - Base Jam


Tempo hari saat mengisi pelajaran IPA di kelas 6, saya menyisipkan kegiatan menulis mimpi. Berbekal kertas lipat warna-warni, selotip kertas, dan kertas plano selembar, jadilah potongan-potongan mimpi tersebut. Terkejutnya saya adalah bahwa ternyata di usia mereka ini, mimpi itu bukan lagi semata ingin jadi dokter, supir truk, polisi, atau pengemudi jimbo (sejenis traktor pengeruk tanah yang oleh masyarakat setempat dipatenkan nama panggilannya sesuai nama perusahaan pembuatnya, JIMBO). Those dreams are silently created on real paths in their mind.

Ada empat hal yang saya minta mereka tulis di atas kertas lipat. Satu, tentang keinginan atau cita-cita mereka. Dua, tentang usaha mereka mencapainya. Tiga, tentang pelajaran yang paling disukai. Empat, tentang pelajaran yang paling dibenci TAPI ingin bisa menguasai. Kira-kira beginilah jadinya.


 Kalau tak punya mimpi, orang-orang seperti kita ini Cuma akan mati, Boy (Arai – Sang Pemimpi)


Kelas 6, polos dan bergairah. Beberapa yang menarik, here are some of them :


Saya ingin menjadi montir tapi orangtua saya melarang saya disuruh menjadi guru saya tidak bisa menjadi saya harus menjadi guru (Ardiyanto)



Keinginan saya = ingin menjadi Pengajar Muda seperti Ibu Vivin dan Ibu Sinta. Saya ingin meneruskan sekolah saya sampai kuliah. Setelah lulus kuliah saya mau giat belajar menjadi Pengajar Muda. Agar saya bisa menjadi Pengajar Muda saya harus giat dan Rajin belajar (Selviana) 



Keinginan saya : menjadi penghapal Al Quran 30 juz karena saya ingin memasukkan kedua orangtua saya masuk syurga beserta adik, tante, om, nenek, kakek, dan keluarga saya semuanya. Itulah keinginan saya (Hafidzah)




“Keinginan saya adalah ingin menjadi atlit yang sukses” (M. Jaiz)


Tiba di bagian “pelajaran yang paling tidak disuka”, tersebutlah disana Bahasa Inggris sebagai nominasi terbaiknya. Ardiyanto tetap menjadi juara saya dalam hal penyampaian opini pribadi.


Pelajaran Bahasa Inggris tapi saya ingin bisa. Sapa tau ada turis atau buleee datang kesini saya akan tanya how are you tokke tokke you nau (Ardiyanto)


Oh man. Sesungguhnya saya tidak begitu mengerti dan tidak kasih lajar “tokke-tokke you nau”. Tapi apa boleh buat, kadang-kadang imajinasi bisa jauh lebih liar daripada babi hutan.

 Dan satu testimoni lain yang paling membuat kening saya berkerut adalah dari Rahman.

Saya tidak suka pelajaran Bahasa Inggris karena bahasa munafik (Rahman)


Karena sangat penasaran, tanyalah saya pada si penulisnya sendiri. Ternyata pernyataan tersebut dia peroleh dari mulut salah seorang guru. Ujarnya, “ Karena bahasa inggris itu tulisan sama ucapannya berbeda, Bu. Misalnya lima. Tulisannya f-i-v-e tapi bacanya faif bukan fife”. Saya hanya ketawa saja dengar jawaban Rahman yang demikian.  Luar biasa, karena sungguh apa yang dikatakan guru mereka adalah pemahaman mereka, dan mereka mengadopsinya secara alamiah, walau kadang meleset karena dijelaskan secara utuh.

Mungkin sekali mimpi-mimpi dan kesukaan mereka ini berubah nantinya, bukan? Tapi sembari mereka bertumbuh, saya merasa beruntung bisa melihat sebagian prosesnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar