Minggu, 14 Februari 2016

The Boss' Talks



Apa yang lebih baik ketimbang bertemu orang-orang menyenangkan yang suka berbagi, menjalani hari-harinya secara rendah hati, dan tahu ke mana arah hidup mereka akan berjalan? Namanya Sueng dan Hasti, orang-orang yang ceritanya semalam bikin saya masuk kamar kosan sambil ngelamun. 
Hasti adalah wanita tangguh yang menjalankan sebuah kewirausahaan sosial dengan nafas coffee-trip dan jual biji kopi dari petani sebagai lini bisnis utamanya. Lalu Sueng adalah pemilik salah satu clothing store di Bandar Lampung (dan baru-baru ini juga buka kedai kopi dengan konsep take away) dengan bakat desain yang mumpuni dan sempat diwawancarai koran lokal setempat (yang sama) 2 kali dalam sebulan ;p, entah apakah karena saking jarangnya orang seperti dia atau memang topik tulisannya itu-itu saja. Dua orang yang saya duga usianya 2-3 tahun lebih muda dari saya (saya nggak tahu, belum sempat tanya haha) tapi dengan aktivitas dan prinsip hidup yang membuat saya beneran kagum.
Oke, ini bukan tulisan tentang profil mereka atau cerita inspiratif mereka membangun bisnis masing-masing. Ini sekedar catatan mengenal hal-hal dasar yang mereka pegang teguh dalam menjalankan usaha masing-masing, yang bikin saya jatuh cinta hanya dengan (baru) mendengarnya saja.

1.       Ketika kamu memutuskan untuk membangun usaha atau bisnis, mulailah dengan memiliki kelima hal ini :
-          Mentor spiritual
-          Mentor bidang usaha
-          Mentor bisnis
-          Tim inti
-          Keluarga (orangtua, saudara, dan kalau sudah nikah ya anak-istri)

2.       Ketika saya datang ke kedai Sueng, pas banget saat itu azan isya berkumandang. Setelah menyelesaikan pemesanan kopi dan membayarnya, tetiba kedai itu kosong. Katanya, “Bentar ya mbak dibuatinnya habis isya gapapa kan? Ini mau pada salat isya dulu.”
Baru ini saya ketemu tempat usaha yang demikian unik ini. Kenapa nggak bergiliran saja, saya tanya. It’s not that i want to expose any religion, but  the boss’ statement made me feel “glek!” afterwards : saya mungkin bisa bayar mereka dengan uang untuk kerjaan mereka, tapi kan saya nggak bisa bayar mereka pake pahala kalo saya tunda-tunda hak mereka buat ngedapetinnya (baca : salat)


Suasana kedai sesaat setelah azan, sepi pada ke masjid semua
3.       Para bos ini membangun bisnisnya dengan mendorong tiap karyawannya (atau petani binaannya, kalau buat Hasti) untuk berkesadaran bahwa usaha yang lagi mereka jalankan itu buat mendapatkan ridho-Nya. Jadi ya harus berkah. Pemahaman ini, jika dimengerti oleh semuanya, tak perlulah setiap waktu harus melakukan pengecekan (suplai, finansial, dsb)  karena semuanya sadar bahwa jalannya setiap tugas akan selalu ada yang mengawasi. Bukan bos, apalagi CCTV.

4.       Jangan pernah jadikan begadang sebagai alasan untuk tidak salat malam dan tidak bangun pagi. Hakjlebjleb. Apa hubungannya sama bisnis? Ya berhubungan dong, kan kata nenek moyang kalau bangun kita siang, rejeki kita bakal dipatok ayam. Halah.

5.       Jadikan orangtuamu sebagai pertimbangan teratas dalam mengambil setiap keputusan dan bertanggungjawablah. Menenangkan (bukan menyenangkan) orangtua sembari melakukan hal sesuai minat kita, misalnya bisnis, adalah salah satu bentuk kebahagiaan sekaligus ketaatan anak, bukan? Yang tentu saja, mahal harganya, karena saya percaya tiap orang punya perjuangan di “dapurnya” masing-masing.

Sekian dulu. Cerita  lain akan disambung kemudian. Semoga cukup berguna untuk dibaca. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar