Minggu, 13 Maret 2016

Kejutan Way Ratai (1)

Berawal dari perkenalan kami di sebuah kedai kopi, Hasti yang membawa bendera Coffee Trip dalam rantai bisnisnya ini membuat saya penasaran. Saya sendiri bukan maniak kopi, tapi saya suka sekali kopi (dan coklat #tetep). Lalu ada tawaran piknik ke kebun kopi? Wuah, orang dengan tingkat penasaran setinggi saya tentu saja nggak bisa tinggal diam. Akhirnya, begitu ada kesempatan, mintalah saya sama Hasti untuk diikutkan dalam trip, terserah trip siapapun, sebagai peserta. Rombongan yang bersama saya kemarin kebetulan adalah guru-guru TK dan SD di sekolah Tunas Mekar Indonesia, Bandar Lampung.
Ada beberapa kejutan di piknik kopi kali ini. Karena panjang, saya pecah jadi 2 bagian ya.


  1.  Transit
Lampung, percaya nggak percaya, paling terkenal dengan produksi rempahnya terutama pala dan lada (di samping seabrek lainnya seperti singkong tapioka, sawit, karet, gula tebu, dan tentunya kopi). Dan kemarin, setelah 2 jam menempuh perjalanan dari Bandar Lampung, betapa ‘frustasinya’ saya ketika disajikan segelas minuman hangat yang katanya dari pala dan kayu manis serta sepiring sukun goreng tepung.
minuman super segar dan sukun goreng

OH THEY ARE DAMN GOOD!
Seketika saya lupa habis menempuh perjalanan di atas permukaan jalan yang super remuk. Ainggggg i want it more more more more!!!!

 2. Jalan
Setelah beristirahat sebentar, perjalanan dilanjutkan menuju kebun kopi.
Peserta : “Ini masih jauh nggak kebun kopinya?”
Hasti : “Enggak kok, Cuma naik dikit”
Maka dengan percaya diri, saya dan 5 orang teman memutuskan ingin jalan kaki sembari menikmati pemandangan. Lalu lewatlah 2 mobil mengangkut sisa teman-teman yang lain.

20 menit kemudian...
Jalan mulai terasa makin naik, dan kaki yang jarang dipakai jalan jauh ini mulai pegal. Ini mana kebunnya? Perasaan dari tadi pemukiman warga terus. Akhirnya pun 6 pejalan kaki ini menyerah dan ikut mobil yang jemput.
Mobil hanya bisa mencapai titik tertentu sebelum kemudian peserta masih harus jalan lagi menuju kebun kopi di atas bukit. Ah pohon kopi, begitu jauh kau diraih. Setelah turun dari mobil, kami berenam naik bukit dengan instruksi sopir mobil yang mengiyakan bahwa arah kami sudah benar.

20 menit kemudian...
Kami menyadari bahwa kami salah jalan. Setelah berbagai cara dilakukan untuk menjaring sinyal telepon, akhirnya bisa juga kami berkomunikasi dengan Hasti. Hasilnya adalah, kami harus putar balik ke tempat terakhir mobil diparkir dan mengambil arah yang lain. Yassalam...
mendung menggantung di tengah hari
Dengan sisa-sisa tenaga, kami mulai jalan lagi dengan rute yang sudah direvisi. Setelah jalan sekitar 15 menit, ada ojek motor jemput, saya naik sampai sungai perbatasan sekitar 5 menit, lalu jalan lagi sekitar 20 menit, dan dilanjut naik motor lagi sekitar 10 menit sampai spot kebun kopi. Jalanan yang ditempuh, jangan bayangkan jalan tanah berbatu yang bagus ya. Ini jalan setapak tanah yang penuh rontokan daun kering dari pohon kakao dan rumput liar, dan super licin karena hujan ditambah lagi suasana hutan yang lembab. Jadilah saya merem saja ketika naik motor (motor bebek dengan tambahan rantai yang melilit di ban belakang motor, mungkin untuk mengurangi licin), takut panik dan merusak konsentrasi supir ojeknya malah kami berdua jatuh gedubrakan kan nggak lucu. In pak ojek we trust.



[bersambung]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar