Apa yang
lebih baik ketimbang bertemu orang-orang menyenangkan yang suka berbagi,
menjalani hari-harinya secara rendah hati, dan tahu ke mana arah hidup mereka akan
berjalan? Namanya Sueng dan Hasti, orang-orang yang ceritanya semalam bikin saya masuk kamar kosan sambil
ngelamun.
Hasti adalah
wanita tangguh yang menjalankan sebuah kewirausahaan sosial dengan nafas coffee-trip dan jual biji kopi dari
petani sebagai lini bisnis utamanya. Lalu Sueng adalah pemilik salah satu clothing store di Bandar Lampung (dan
baru-baru ini juga buka kedai kopi dengan konsep take away) dengan bakat desain yang mumpuni dan sempat diwawancarai
koran lokal setempat (yang sama) 2 kali dalam sebulan ;p, entah apakah karena
saking jarangnya orang seperti dia atau memang topik tulisannya itu-itu saja. Dua
orang yang saya duga usianya 2-3 tahun lebih muda dari saya (saya nggak tahu,
belum sempat tanya haha) tapi dengan aktivitas dan prinsip hidup yang membuat
saya beneran kagum.
Oke, ini
bukan tulisan tentang profil mereka atau cerita inspiratif mereka membangun
bisnis masing-masing. Ini sekedar catatan mengenal hal-hal dasar yang mereka
pegang teguh dalam menjalankan usaha masing-masing, yang bikin saya jatuh cinta
hanya dengan (baru) mendengarnya saja.
1. Ketika kamu memutuskan untuk membangun usaha
atau bisnis, mulailah dengan memiliki kelima hal ini :
-
Mentor
spiritual
-
Mentor bidang
usaha
-
Mentor bisnis
-
Tim inti
-
Keluarga (orangtua,
saudara, dan kalau sudah nikah ya anak-istri)
2. Ketika saya datang ke kedai Sueng, pas banget
saat itu azan isya berkumandang. Setelah menyelesaikan pemesanan kopi dan membayarnya, tetiba kedai itu kosong. Katanya, “Bentar ya mbak dibuatinnya habis
isya gapapa kan? Ini mau pada salat isya dulu.”
Baru ini
saya ketemu tempat usaha yang demikian unik ini. Kenapa nggak bergiliran saja, saya tanya. It’s not that i want to expose any religion, but the
boss’ statement made me feel “glek!” afterwards : saya mungkin bisa bayar mereka dengan uang untuk
kerjaan mereka, tapi kan saya nggak bisa bayar mereka pake pahala kalo saya
tunda-tunda hak mereka buat ngedapetinnya (baca : salat)
Suasana kedai sesaat setelah azan, sepi pada ke masjid semua |
3. Para bos ini membangun bisnisnya dengan
mendorong tiap karyawannya (atau petani binaannya, kalau buat Hasti) untuk
berkesadaran bahwa usaha yang lagi mereka jalankan itu buat mendapatkan
ridho-Nya. Jadi ya harus berkah. Pemahaman ini, jika dimengerti oleh semuanya, tak
perlulah setiap waktu harus melakukan pengecekan (suplai, finansial, dsb) karena semuanya sadar bahwa jalannya setiap tugas
akan selalu ada yang mengawasi. Bukan bos, apalagi CCTV.
4. Jangan pernah jadikan begadang sebagai alasan
untuk tidak salat malam dan tidak bangun pagi. Hakjlebjleb. Apa hubungannya sama bisnis? Ya berhubungan dong, kan
kata nenek moyang kalau bangun kita siang, rejeki kita bakal dipatok ayam. Halah.
5. Jadikan orangtuamu sebagai pertimbangan
teratas dalam mengambil setiap keputusan dan bertanggungjawablah. Menenangkan
(bukan menyenangkan) orangtua sembari melakukan hal sesuai minat kita, misalnya
bisnis, adalah salah satu bentuk kebahagiaan sekaligus ketaatan anak, bukan? Yang tentu saja, mahal harganya, karena saya percaya tiap orang
punya perjuangan di “dapurnya” masing-masing.
Sekian dulu.
Cerita lain akan disambung kemudian. Semoga cukup berguna untuk dibaca. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar