Berawal dari perkenalan kami di
sebuah kedai kopi, Hasti yang membawa bendera Coffee Trip dalam rantai
bisnisnya ini membuat saya penasaran. Saya sendiri bukan maniak kopi, tapi saya
suka sekali kopi (dan coklat #tetep). Lalu ada tawaran piknik ke kebun kopi? Wuah,
orang dengan tingkat penasaran setinggi saya tentu saja nggak bisa tinggal
diam. Akhirnya, begitu ada kesempatan, mintalah saya sama Hasti untuk diikutkan
dalam trip, terserah trip siapapun, sebagai peserta. Rombongan yang bersama
saya kemarin kebetulan adalah guru-guru TK dan SD di sekolah Tunas Mekar
Indonesia, Bandar Lampung.
1. Transit
Lampung,
percaya nggak percaya, paling terkenal dengan produksi rempahnya terutama pala
dan lada (di samping seabrek lainnya seperti singkong tapioka, sawit, karet,
gula tebu, dan tentunya kopi). Dan kemarin, setelah 2 jam menempuh perjalanan
dari Bandar Lampung, betapa ‘frustasinya’ saya ketika disajikan segelas minuman
hangat yang katanya dari pala dan kayu manis serta sepiring sukun goreng tepung.
minuman super segar dan sukun goreng |
OH THEY ARE DAMN GOOD!
Seketika saya
lupa habis menempuh perjalanan di atas permukaan jalan yang super remuk. Ainggggg i want it more more more more!!!!
2. Jalan
Setelah beristirahat
sebentar, perjalanan dilanjutkan menuju kebun kopi.
Peserta : “Ini
masih jauh nggak kebun kopinya?”
Hasti : “Enggak
kok, Cuma naik dikit”
Maka dengan
percaya diri, saya dan 5 orang teman memutuskan ingin jalan kaki sembari
menikmati pemandangan. Lalu lewatlah 2 mobil mengangkut sisa teman-teman yang
lain.
20 menit
kemudian...
Jalan mulai
terasa makin naik, dan kaki yang jarang dipakai jalan jauh ini mulai pegal. Ini
mana kebunnya? Perasaan dari tadi pemukiman warga terus. Akhirnya pun 6 pejalan
kaki ini menyerah dan ikut mobil yang jemput.
Mobil hanya
bisa mencapai titik tertentu sebelum kemudian peserta masih harus jalan lagi
menuju kebun kopi di atas bukit. Ah pohon kopi, begitu jauh kau diraih. Setelah
turun dari mobil, kami berenam naik bukit dengan instruksi sopir mobil yang
mengiyakan bahwa arah kami sudah benar.
20 menit kemudian...
Kami
menyadari bahwa kami salah jalan. Setelah berbagai cara dilakukan untuk
menjaring sinyal telepon, akhirnya bisa juga kami berkomunikasi dengan Hasti.
Hasilnya adalah, kami harus putar balik ke tempat terakhir mobil diparkir dan
mengambil arah yang lain. Yassalam...
mendung menggantung di tengah hari |
Dengan sisa-sisa
tenaga, kami mulai jalan lagi dengan rute yang sudah direvisi. Setelah jalan
sekitar 15 menit, ada ojek motor jemput, saya naik sampai sungai perbatasan
sekitar 5 menit, lalu jalan lagi sekitar 20 menit, dan dilanjut naik motor lagi
sekitar 10 menit sampai spot kebun kopi. Jalanan yang ditempuh, jangan
bayangkan jalan tanah berbatu yang bagus ya. Ini jalan setapak tanah yang penuh
rontokan daun kering dari pohon kakao dan rumput liar, dan super licin karena
hujan ditambah lagi suasana hutan yang lembab. Jadilah saya merem saja ketika
naik motor (motor bebek dengan tambahan rantai yang melilit di ban belakang
motor, mungkin untuk mengurangi licin), takut panik dan merusak konsentrasi
supir ojeknya malah kami berdua jatuh gedubrakan kan nggak lucu. In pak ojek we trust.
[bersambung]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar