Suatu kali,
secara acak saya meminta beberapa kawan untuk mengirimi saya 5 pertanyaan terkait
cokelat melalui layanan pesan instan. Tanpa batasan, bisa pertanyaan apapun.
Ada pertanyaan yang bisa segera saya jawab secara spontan, tapi ada juga yang
secara spontan langsung lari cari literatur alias nggak tahu jawabannya. Haha.
Sebagai
penanda, saya akan beri huruf S, sakretine, untuk pertanyaan yang bisa
dengan spontan saya jawab dan R, rareti blas, untuk yang perlu
pendalaman materi (baca : tanya-tanya, nengok literatur). Ohya, kalo ada
salah-salah jawab, bagi yang lebih berilmu lebih, boleh donggg koreksian dan
tambahan pengetahuannya. Yuhuuu.
1.
Dari mana rasa pahit cokelat? (S)
Jawab : Dari Tuhan. Ngahaha. Setauku dari kandungan alkaloid di dalemnya,
katakan zat kimia penyusunnya gitulah, bisa dari antioksidan, tannin, kafein.
2.
Kok biji coklat yang putih bisa jadi
warna coklat dan putih adakah yang pake pewarna? (S)
Jawab : Cokelat yang baik tentu tidak perlu pewarna. Warna asli kakao
adalah coklat gelap, jadi wajar jika warna produk akhirnya cokelat (brown).
Kalau ada yang melihat warna cokelat cenderung ke cokelat muda, bisa jadi itu
pengaruh kandungan susu (cokelat susu/milk chocolate). Untuk white chocolate, itu bukan kakao dikasih
pewarna putih, tapi memang komposisinya aja yang ga pake kakao, alias Cuma
terdiri dari lemak kakao (warnanya putih kekuningan gitu), gula, dan susu sapi
bubuk.
3.
Perlu berapa biji coklat untuk
membuat 1 batang coklatmu? (S)
Jawab : tergantung coklat apa dulu, dark atau milk, dan mau persentase
berapa J.
4.
Apakah coklat punya varian kayak
kopi (robusta, arabika, dll)? (S)
Jawab : Ya. Yang umum diketahui adalah Criollo (setingkat arabika),
forastero (setingkat robusta), dan trinitario (persilangan, contoh kopi yang
familiar misal liberica)
5.
Kenapa coklat meleleh dalam suhu
tertentu? (S)
Jawab : Karena titik leleh lemak kakao berada pada suhu tertentu, yakni
sekitar 34-35ᵒC atau mendekati suhu tubuh manusia.
6.
Dari mana asal kakao tumbuh di
Indonesia? Dan dimana, dibawa oleh siapa? (R)
Jawab : baca di sini aja ya. Hahaha *cah males ngeresume* http://cacaoorganicfairtrade.blogspot.co.id/2011/06/sejarah-kakao-di-indonesia.html
7.
Bagaimana sejarahnya kakao
dikonsumsi? Sebagai apa dan dalam olahan apa? (R)
8.
Bagaimana peran kolonial
Hindia-Belanda dalam perkebunan kakao di Indonesia? (R)
Jawab : No idea.
9.
Apakah di Swiss tumbuh kakao? Kenapa
kok Swiss identik dengan cokelat? (S+R)
Jawab : tidak, karena coklat tidak bisa tumbuh di daerah subtropis. Ia
butuh curah hujan yang cukup, temperatur antara 18-32ᵒC (suhu daerah
tropis yang kurang lebih stabil segitu sepanjang tahun) dan sinar matahari
dengan pohon naungan untuk mencegah terpapar sinar matahari langsung (yang
idealnya dimiliki oleh hutan tropis). Kakao yang dipaksa tumbuh pada kondisi di
luar persyaratan standar itu akan membuat pembungaannya gugur, daunnya rontok,
dan pertumbuhannya terhambat. Swiss identik dengan coklat karena teknologi
pengolahannya maju, penghargaan serta citarasa terhadap produk olahan cokelat
tinggi, dan industri pengolahan cokelat “tua” berasal dan berawal di sana, yang
familiar contohnya Nestle dan Lindt.
10.
Kamu lebih suka cokelat padat atau
minuman? (S)
Jawab : Padat. Karena suka sensasi lumer di lidah-nya itu lho. Haha.
11.
Kenapa suka coklat? (S)
Jawab : Kenapa musti ga suka? #malahtanyabalik. Hahaha. Dulu suka
biasa-biasa aja, tapi semenjak tahu ada bean-to-bar chocolate, jadi suka banget
karena lebih enak dan unik daripada coklat di pasar Indonesia pada umumnya.
12.
Kenapa habis makan coklat jadi lebih
bahagia? (S+R)
Jawab : karena di dalam cokelat terkandung banyak sekali zat kimia aktif
yang berperan sebagai neurotransmitter atau kerjaannya ngirimin sinyal bahagia,
tenang, nyaman ke otak. Contoh paling populer adalah serotonin (asalnya dari
triptofan), dopamin (asalnya dari phenyletilamine), theobromin dan endorphin.
Masing-masing punya kisah aktivasi sendiri-sendiri. Bisa eksplor di sini ya
sist : http://www.amanochocolate.com/faqs/why-does-chocolate-make-people-happy/ , http://www.sciencefocus.com/blog/why-does-chocolate-make-us-happy, http://www.bbc.co.uk/guides/zsn8frd
13.
Kenapa coklat jadi makanan para dewa
Yunani? (R)
Jawab : Karena pada awal-awal suku Aztec mengenal dan mengolah cokelat,
salah satu peruntukannya adalah untuk upacara keagamaan, yang mana suku Aztec
adalah penyembah dewa. Btw, Aztec ternyata bukan dari Yunani sih. Doi asalnya
dari Meksiko. Dewa-dewanya dari Yunani atau bukan, hmmm…entahlah.
14.
Coklat tu sehat gak sih? (S)
Jawab : pada dasarnya kakao itu kaya antioksidan. Tapi dalam
pengolahannya, penambahan gula, susu, dan bahan-bahan lainnya membuat cokelat berpotensi
tidak sehat (baca : menjadikan pemakannya berkelebihan berat badan. Ya tau
sendiri kan resiko overweight itu
apa?). Tapi kalo nggak pakai bahan-bahan tambahan itu, berapa orang yang bakal
makan coklat? Liquor/cocoa mass itu paitnya udah saingan sama brotowali, walau aftertaste nya masih menang brotowali
(alias lebih panjang). Lols. Cokelat
kan makanan pendamping ya. Dan bukan obat (walau ada beberapa penelitian di
ranah kesehatan yang mengambil treatment “makan cokelat” sebagai terapi
penyembuhan). Jadi konsumsilah dengan bijak dan pilih yang persentasi kakaonya
tinggi (di atas 70%) untuk mereduksi gula.
15.
Bikin gemuk gak? (S)
Jawab : Ya kalo kebanyakan makan coklat bergula dan ber-susu, trus habis
makan coklat bobo, ngemil kacang goreng atau rengginang, nonton drama korea
berhari-hari, makan 3 kali sehari didelivery-in, menunya nasi terus, ya bisa
jadi Njar. Hahaha.
16.
Apakah lokasi kakao tumbuh
mempengaruhi rasa produk akhir? (S)
Jawab : Pada dasarnya ya. Tapi karena tipis, ya tergantung produk
akhirnya bentuknya apa dan bahan-bahan lain yang ditambahin (gula, susu,
contohnya) seberapa.
17.
Kenapa coklat lokal macam M lebih mahal
daripada S? Padahal M kan ga pake bayar iklan di TV? (S)
Jawab : Good question. Ini
rahasia perusahaan masing-masing loh, takut salah kalo aku jawab hehe. Yang
paling mudah terlihat adalah, bisa lebih murah karena kapasitas produksi S yang
memang lebih masif daripada M, jadi efisiensi produksinya juga lebih tinggi,
harga bisa ditekan. Harga yang mahal juga bukan melulu karena produk itu pasang
iklan dimana-mana, tapi justru karena kualitasnya bahannya baik/segar/ber-value/limited/eksklusif,
maka malah bisa jadi lebih mahal daripada barang-barang pabrikan yang
diproduksi masif walaupun mereka ga pake strategi pemasaran dengan pasang iklan
di tipi.
18.
Emang iya kalo kakao dalam negeri tu
diekspor ke luar negeri? (S)
Jawab : Iyak betul sekali. Diekspor dalam bentuk biji, mentok-mentok
produk setengah jadi (bubuk kakao, lemak kakao) lalu kembali ke Indonesia dalam
bentuk coklat siap makan. Ngook.
19.
Kalo susu yang dipake di coklat tu
susu kambing gimana ya rasanya?
Jawab : buahahah. No idea. Belom pernah mencoba dan belom ngebayangin
kek mana rasanya. Amis kali ya.
20.
Coffee maker sekarang kan udah
banyak. Chocolate maker ada gak sih? (S)
Jawab : uada duong. Kalo kopi sebutannya barista, kalo di cokelat
sebutannya chocolatier.
21.
Kok titik leleh coklat beda-beda
karena apanya? (S+R)
Jawab : sebenernya titik leleh coklat bisa dilihat dari titik leleh
lemaknya yaitu di suhu 33-35ᵒC (lumer sempurna di mulut/suhu
tubuh manusia. Contoh gampangnya kalo kamu pernah makan coklat tapi susah lumer
di mulut gitu loh). Selanjutnya, faktor-faktor seperti kandungan lemak kakao dan
non kakao, proses produksi, distribusi, penyimpanan(baik di gudang distributor
atau di rumah konsumen sendiri), kemasan, dan formulasi yang membuat orang
melihat waktu leleh coklat satu dan lainnya berbeda-beda. Terutama penyimpanan
nih, yang rentan “menggoda” kestabilan lemak kakao. Ini pertanyaan bagus nih,
aku pelajari lebih lanjut ya tar diupdate jawabannya yang lebih ilmiah. Haha.
22.
Coklat aslinya warna coklata apa
putih sih? Kok ada yang putih juga? (S)
Jawab : Jadi gini. Warna asli kakao adalah coklat gelap, jadi wajar jika
warna produk akhirnya cokelat (brown). Kalau ada yang melihat warna cokelat
cenderung ke cokelat muda, bisa jadi itu pengaruh kandungan susu (cokelat
susu/milk chocolate). Untuk white
chocolate, itu bukan kakao dikasih pewarna putih, tapi memang komposisinya
aja yang ga pake kakao, alias Cuma terdiri dari lemak kakao (warnanya putih
kekuningan gitu), gula, dan susu sapi bubuk.
23.
Kalau coklat dilelehin berkali-kali
apa bisa ngubah rasa? (S+R)
Jawab : Hmmm…sedangkal pengetahuan saya, bisa. Suhu yang tinggi bisa
rentan “gosong” tanpa kita sadari. Tunda bentar jawabannya ya.
24.
Aku pernah beli coklat Ca**ury kok
rasanya kayak lumut ya? (S)
Jawab : hahahahhaha. NO COMMENT.
Masih ada hutang pertanyaan lain. Bersambung ya.
Ij...nambahin untuk 2 pertanyaan trakhir kl rasa coklat kl juga adanya senyawa volatile gitu g sih? Jd kl dipanasin bisa ilang. Haha...sotoy.
BalasHapusBetul njar. Tp senyawa volatil biasanya sudah menguap semenjak di proses giling, counching gitu2. Tapi ya tetep ada sih. Senyawa flavor yg sifatnya volatil. Yup thanks tambahannya, Bundaa
Hapus