Minggu, 25 September 2016

Kuis Cokelat (bagian 1)

Suatu kali, secara acak saya meminta beberapa kawan untuk mengirimi saya 5 pertanyaan terkait cokelat melalui layanan pesan instan. Tanpa batasan, bisa pertanyaan apapun. Ada pertanyaan yang bisa segera saya jawab secara spontan, tapi ada juga yang secara spontan langsung lari cari literatur alias nggak tahu jawabannya. Haha.

Sebagai penanda, saya akan beri huruf S, sakretine, untuk pertanyaan yang bisa dengan spontan saya jawab dan R, rareti blas, untuk yang perlu pendalaman materi (baca : tanya-tanya, nengok literatur). Ohya, kalo ada salah-salah jawab, bagi yang lebih berilmu lebih, boleh donggg koreksian dan tambahan pengetahuannya. Yuhuuu.


1.       Dari mana rasa pahit cokelat? (S)
Jawab : Dari Tuhan. Ngahaha. Setauku dari kandungan alkaloid di dalemnya, katakan zat kimia penyusunnya gitulah, bisa dari antioksidan, tannin, kafein.
2.       Kok biji coklat yang putih bisa jadi warna coklat dan putih adakah yang pake pewarna? (S)
Jawab : Cokelat yang baik tentu tidak perlu pewarna. Warna asli kakao adalah coklat gelap, jadi wajar jika warna produk akhirnya cokelat (brown). Kalau ada yang melihat warna cokelat cenderung ke cokelat muda, bisa jadi itu pengaruh kandungan susu (cokelat susu/milk chocolate). Untuk white chocolate, itu bukan kakao dikasih pewarna putih, tapi memang komposisinya aja yang ga pake kakao, alias Cuma terdiri dari lemak kakao (warnanya putih kekuningan gitu), gula, dan susu sapi bubuk.
3.       Perlu berapa biji coklat untuk membuat 1 batang coklatmu? (S)
Jawab : tergantung coklat apa dulu, dark atau milk, dan mau persentase berapa J.
4.       Apakah coklat punya varian kayak kopi (robusta, arabika, dll)? (S)
Jawab : Ya. Yang umum diketahui adalah Criollo (setingkat arabika), forastero (setingkat robusta), dan trinitario (persilangan, contoh kopi yang familiar misal liberica)
5.       Kenapa coklat meleleh dalam suhu tertentu? (S)
Jawab : Karena titik leleh lemak kakao berada pada suhu tertentu, yakni sekitar 34-35C atau mendekati suhu tubuh manusia.
6.       Dari mana asal kakao tumbuh di Indonesia? Dan dimana, dibawa oleh siapa? (R)
Jawab : baca di sini aja ya. Hahaha *cah males ngeresume*  http://cacaoorganicfairtrade.blogspot.co.id/2011/06/sejarah-kakao-di-indonesia.html
7.       Bagaimana sejarahnya kakao dikonsumsi? Sebagai apa dan dalam olahan apa? (R)
8.       Bagaimana peran kolonial Hindia-Belanda dalam perkebunan kakao di Indonesia? (R)
Jawab : No idea.
9.       Apakah di Swiss tumbuh kakao? Kenapa kok Swiss identik dengan cokelat? (S+R)
Jawab : tidak, karena coklat tidak bisa tumbuh di daerah subtropis. Ia butuh curah hujan yang cukup, temperatur antara 18-32C (suhu daerah tropis yang kurang lebih stabil segitu sepanjang tahun) dan sinar matahari dengan pohon naungan untuk mencegah terpapar sinar matahari langsung (yang idealnya dimiliki oleh hutan tropis). Kakao yang dipaksa tumbuh pada kondisi di luar persyaratan standar itu akan membuat pembungaannya gugur, daunnya rontok, dan pertumbuhannya terhambat. Swiss identik dengan coklat karena teknologi pengolahannya maju, penghargaan serta citarasa terhadap produk olahan cokelat tinggi, dan industri pengolahan cokelat “tua” berasal dan berawal di sana, yang familiar contohnya Nestle dan Lindt.
10.   Kamu lebih suka cokelat padat atau minuman? (S)
Jawab : Padat. Karena suka sensasi lumer di lidah-nya itu lho. Haha.
11.   Kenapa suka coklat? (S)
Jawab : Kenapa musti ga suka? #malahtanyabalik. Hahaha. Dulu suka biasa-biasa aja, tapi semenjak tahu ada bean-to-bar chocolate, jadi suka banget karena lebih enak dan unik daripada coklat di pasar Indonesia pada umumnya.
12.   Kenapa habis makan coklat jadi lebih bahagia? (S+R)
Jawab : karena di dalam cokelat terkandung banyak sekali zat kimia aktif yang berperan sebagai neurotransmitter atau kerjaannya ngirimin sinyal bahagia, tenang, nyaman ke otak. Contoh paling populer adalah serotonin (asalnya dari triptofan), dopamin (asalnya dari phenyletilamine), theobromin dan endorphin. Masing-masing punya kisah aktivasi sendiri-sendiri. Bisa eksplor di sini ya sist : http://www.amanochocolate.com/faqs/why-does-chocolate-make-people-happy/ , http://www.sciencefocus.com/blog/why-does-chocolate-make-us-happy, http://www.bbc.co.uk/guides/zsn8frd
13.   Kenapa coklat jadi makanan para dewa Yunani? (R)
Jawab : Karena pada awal-awal suku Aztec mengenal dan mengolah cokelat, salah satu peruntukannya adalah untuk upacara keagamaan, yang mana suku Aztec adalah penyembah dewa. Btw, Aztec ternyata bukan dari Yunani sih. Doi asalnya dari Meksiko. Dewa-dewanya dari Yunani atau bukan, hmmm…entahlah.
14.   Coklat tu sehat gak sih? (S)
Jawab : pada dasarnya kakao itu kaya antioksidan. Tapi dalam pengolahannya, penambahan gula, susu, dan bahan-bahan lainnya membuat cokelat berpotensi tidak sehat (baca : menjadikan pemakannya berkelebihan berat badan. Ya tau sendiri kan resiko overweight itu apa?). Tapi kalo nggak pakai bahan-bahan tambahan itu, berapa orang yang bakal makan coklat? Liquor/cocoa mass itu paitnya udah saingan sama brotowali, walau aftertaste nya masih menang brotowali (alias lebih panjang). Lols. Cokelat kan makanan pendamping ya. Dan bukan obat (walau ada beberapa penelitian di ranah kesehatan yang mengambil treatment “makan cokelat” sebagai terapi penyembuhan). Jadi konsumsilah dengan bijak dan pilih yang persentasi kakaonya tinggi (di atas 70%) untuk mereduksi gula.
15.   Bikin gemuk gak? (S)
Jawab : Ya kalo kebanyakan makan coklat bergula dan ber-susu, trus habis makan coklat bobo, ngemil kacang goreng atau rengginang, nonton drama korea berhari-hari, makan 3 kali sehari didelivery-in, menunya nasi terus, ya bisa jadi Njar. Hahaha.
16.   Apakah lokasi kakao tumbuh mempengaruhi rasa produk akhir? (S)
Jawab : Pada dasarnya ya. Tapi karena tipis, ya tergantung produk akhirnya bentuknya apa dan bahan-bahan lain yang ditambahin (gula, susu, contohnya) seberapa.
17.   Kenapa coklat lokal macam M lebih mahal daripada S? Padahal M kan ga pake bayar iklan di TV? (S)
Jawab : Good question. Ini rahasia perusahaan masing-masing loh, takut salah kalo aku jawab hehe. Yang paling mudah terlihat adalah, bisa lebih murah karena kapasitas produksi S yang memang lebih masif daripada M, jadi efisiensi produksinya juga lebih tinggi, harga bisa ditekan. Harga yang mahal juga bukan melulu karena produk itu pasang iklan dimana-mana, tapi justru karena kualitasnya bahannya baik/segar/ber-value/limited/eksklusif, maka malah bisa jadi lebih mahal daripada barang-barang pabrikan yang diproduksi masif walaupun mereka ga pake strategi pemasaran dengan pasang iklan di tipi.
18.   Emang iya kalo kakao dalam negeri tu diekspor ke luar negeri? (S)
Jawab : Iyak betul sekali. Diekspor dalam bentuk biji, mentok-mentok produk setengah jadi (bubuk kakao, lemak kakao) lalu kembali ke Indonesia dalam bentuk coklat siap makan. Ngook.
19.   Kalo susu yang dipake di coklat tu susu kambing gimana ya rasanya?
Jawab : buahahah. No idea. Belom pernah mencoba dan belom ngebayangin kek mana rasanya. Amis kali ya.
20.   Coffee maker sekarang kan udah banyak. Chocolate maker ada gak sih? (S)
Jawab : uada duong. Kalo kopi sebutannya barista, kalo di cokelat sebutannya chocolatier.
21.   Kok titik leleh coklat beda-beda karena apanya? (S+R)
Jawab : sebenernya titik leleh coklat bisa dilihat dari titik leleh lemaknya yaitu di suhu 33-35C (lumer sempurna di mulut/suhu tubuh manusia. Contoh gampangnya kalo kamu pernah makan coklat tapi susah lumer di mulut gitu loh). Selanjutnya, faktor-faktor seperti kandungan lemak kakao dan non kakao, proses produksi, distribusi, penyimpanan(baik di gudang distributor atau di rumah konsumen sendiri), kemasan, dan formulasi yang membuat orang melihat waktu leleh coklat satu dan lainnya berbeda-beda. Terutama penyimpanan nih, yang rentan “menggoda” kestabilan lemak kakao. Ini pertanyaan bagus nih, aku pelajari lebih lanjut ya tar diupdate jawabannya yang lebih ilmiah. Haha.
22.   Coklat aslinya warna coklata apa putih sih? Kok ada yang putih juga? (S)
Jawab : Jadi gini. Warna asli kakao adalah coklat gelap, jadi wajar jika warna produk akhirnya cokelat (brown). Kalau ada yang melihat warna cokelat cenderung ke cokelat muda, bisa jadi itu pengaruh kandungan susu (cokelat susu/milk chocolate). Untuk white chocolate, itu bukan kakao dikasih pewarna putih, tapi memang komposisinya aja yang ga pake kakao, alias Cuma terdiri dari lemak kakao (warnanya putih kekuningan gitu), gula, dan susu sapi bubuk.
23.   Kalau coklat dilelehin berkali-kali apa bisa ngubah rasa? (S+R)
Jawab : Hmmm…sedangkal pengetahuan saya, bisa. Suhu yang tinggi bisa rentan “gosong” tanpa kita sadari. Tunda bentar jawabannya ya.
24.   Aku pernah beli coklat Ca**ury kok rasanya kayak lumut ya? (S)
Jawab : hahahahhaha. NO COMMENT.


Masih ada hutang pertanyaan lain. Bersambung ya. 

2 komentar:

  1. Ij...nambahin untuk 2 pertanyaan trakhir kl rasa coklat kl juga adanya senyawa volatile gitu g sih? Jd kl dipanasin bisa ilang. Haha...sotoy.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul njar. Tp senyawa volatil biasanya sudah menguap semenjak di proses giling, counching gitu2. Tapi ya tetep ada sih. Senyawa flavor yg sifatnya volatil. Yup thanks tambahannya, Bundaa

      Hapus