Senin, 08 September 2014

Bertemu Doberman

-3 September 2014-

Hari ini saya bertemu seekor Doberman. 

Iya, pertamanya saya takut setengah mati karena harus masuk ke sebuah rumah yang ketika saya masih di depan pagarnya, suara galak seekor anjing dari dalam sudah terdengar nyaring. Begitu pagar dibuka, langsung tahan nafas! Seekor Doberman coklat bertampang galak menyambut. Namun ternyata di balik tampang dan gonggongannya yang galak, anjing ini pemalu. Gertak sedikit, mundur. Saya sempat bertanya-tanya dalam hati, ini betul anjing spesies Doberman atau Doberman berhati angora?

Saya berada di rumah tersebut selama beberapa jam. Tidak ada berisik suara gonggongan sama sekali. Lalu waktu saya pulang, anjing itu sedang duduk tenang di jalan menuju motor saya. Melihat saya dan pemilik rumah datang, anjing tersebut langsung menyingkir. Setelah saya mengeluarkan motor dari pagar rumah, saya ingat ada sesuatu yang tertinggal dalam dan harus masuk lagi untuk mengambilnya. Dan si Doberman itu? Dia ada di posisi yang sama saat saya keluar tadi, dan lagi-lagi dengan sukarela menyingkir karena saya mengisyaratkan akan melewati posisi nyamannya.

Melihatnya, saya jadi ingat film Hachiko yang sukses membuat saya mimbik-mimbik (posisi kritis tepat sesaat sebelum air mata keluar dari kantongnya) hingga akhirnya menangis terharu. Doberman yang biasanya diwaspadai sebagai anjing pelacak berbahaya, di rumah ini dia bagaikan seekor kucing berbulu anjing. Tidak ada yang salah, yang ada hanya kesadaran yang bertambah bahwa lingkungan sekitar senyatanya membentuk karakter dalam diri setiap individu. Hachiko tidak pernah meninggalkan kebiasaannya untuk menunggu majikannya keluar dari pintu stasiun kereta dan berjalan pulang berdampingan, bahkan hingga tuannya itu mengalami musibah dan meninggal. Kata orang-orang, itu karena pada dasarnya anjing memiliki sifat dasar yang setia dan cukup pintar untuk menerima perlakuan-perlakuan yang bersifat pembiasaan.

Terbiasa dengan hidup nyaman membuat si Doberman pun tak perlu pusing-pusing bernafsu memburu penjahat. Meskipun begitu, sebelum saya pergi dari rumah itu, melihat si Doberman sejenak berputar-putar di halaman rumah.

“Ia mungkin mencari. Mungkin juga tidak. Baginya majikannya-lah hidupnya, jantungnya, darahnya. Se-penuh hati itu bisa diberikan oleh seekor binatang, bagaimana mungkin manusia berjuang hanya setengah-setengah?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar